Wakil Ketua Komisi VII
DPR RI Ramson Siagian mendapati informasi, rencana pembangunan pabrik baterai
listrik kendaraan atau Electric Vehicle Battery saat ini prosesnya
masih pembentukan sistem, dan direncanakan akan mulai berproduksi pada tahun
2024. Diharapkan masyarakat nantinya dapat mengikuti tren global tersebut,
yakni mulai mengalihkan bahan bakar fosil pada kendaraannya menjadi energi
listrik berbasis baterai.
Ramson menambahkan,
permintaan atau demand masyarakat akan produk berenergi baterai sudah
ada. Apalagi ada upaya investor dari Amerika, TESLA, yang akan melakukan
investasi di Indonesia untuk membangun pabrik kendaraan yang menggunakan energi
listrik. Menurutnya ini menjadi langkah yang akan seirama dengan pembangunan
pabrik EV Battery.
“Jadi pada saat nanti
(TESLA) mau proses produksi di sini, (pabrik EV Battery) sudah juga proses
produksi, memang itu rencana sinergi itu sangat baik. Karena tentu kalau ada
produksi, harus ada demand juga. Selain juga nanti bisa masuk
ke regional market atau ke global market mungkin sulit, ya
paling tidak regional market,” ungkapnya usai memimpin pertemuan Tim
Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI dengan jajaran BPPT, LIPI, MIND ID dan
mitra kerja lainnya di Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, Senin
(14/12/2020).
Lebih lanjut politisi
Partai Gerindra itu menambahkan bahwa di masa sidang berikutnya Komisi VII DPR
RI akan menggelar Rapat Dengar Pendapat dengan BPPT, LIPI, MIND ID, Pertamina,
PLN dan PT LEN Industri untuk membicarakan langkah dan perkembangan
selanjutnya, dengan tentunya mendorong sinergi antar stakeholder-nya dapat
segera terwujud.
Terkait dengan
kesiapan masyarakat sendiri untuk beralih dari kendaraan berbasis bahan bakar
fosil ke energi bersih, yaitu energi listrik berbasis baterai, Ramson
beranggapan bahwa produksinya harus dibuktikan lebih dulu, sehingga jika biaya
dan energinya nanti lebih murah, otomatis masyarakat pun akan dengan sendirinya
beralih ke kendaraan berbasis baterai listrik ini.
“Ya produksinya harus
dibuktikan dulu, terus baterainya ada, masyarakat nanti akan memilih. Apalagi
kalau produksi itu harganya lebih murah, terus energinya lebih murah, lebih
bersih, tentu kita tanpa diperintah pun, artinya masyarakat akan memilih
alternatif yang terbaik untuk digunakan. Itukan market pasar gitu,”
analisa legislator dapil Jawa Tengah X itu.
Sementara Anggota
Komisi VII DPR RI Tifatul Sembiring mengapresiasi langkah pembentukan pabrik
industry EV Battery tersebut. Menurut politisi PKS itu, baterai sendiri tidak
merupakan salah satu pembangkit listrik, namun energi panas matahari dan
listrik dapat disimpan didalam baterai. Dirinya juga menilai hal ini langkah
baik, mengingat bahan bakunya adalah nikel yang menurutnya akan bagus
perkembangannya bagi Indonesia di masa depan nanti.
“(Baterai) Mobil itu
kan harus dicas diisi dulu, dia nyimpan aja gitu (seperti) storage. Tapi
baguslah, karena bahan bakunya nikel dan sebagaimana banyak di negeri kita, ini
bagus (untuk) perkembangan ke depan. Jadi mudah-mudahan kebutuhan kita untuk
impor energi itu makin berkurang. Yang seperti sekarang, BBM juga kan itu
energi juga luar biasa kan, kita lebih dari daripada 400 ribu barel per hari
impor dan itukan pakai uang terus,” tutup legislator dapil Sumatera Utara I
itu.
Sumber : dpr.go.id
Tulis Komentar